Selasa, 22 Desember 2009

AJI GINENG

Para sepuh meyakini, ajian ini pernah dikuasai dengan sempurna oleh Mahapatih Gajah Mada, hingga nusantara dapat bersatu di bawah kebesaran panji-panji Wilwatikta.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai ataupun menghormati jasa-jasa para pendahulunya, demikian kata pepatah. Agaknya, pepatah tersebut di atas seolah tak pernah lekang dimakan zaman, buktinya, belakangan ini banyak kalangan muda yang mulai melirik berbagai ilmu-ilmu tua warisan leluhur di dalam menjalani dharma hidupnya di dunia. Seiring dengan situasi keamanan yang "tidak menentu", di mana kejahatan dengan kekerasan kian hari terasa kian meningkat, maka salah satu jenis ilmu yang tergolong digandrungi oleh kawula muda adalah kadigdayaan.
Pada masa silam, Bekel Mada yang pada akhirnya dikenal dengan sebutan Mahapatih Gajah Mada dan merupakan murid kinasih Bhgawan Amongraga menerima warah berupa ajian sakti Aji Gineng yang konon juga dikuasai dengan sempurna oleh Satria Panegak Pandawa, Bimasena. --- konon, ajian ini diterima langsung dari sang ayah yang begitu mencintainya, Dewa Bayu.

Khasiat dari ajian yang satu ini adalah, tubuh menjadi kuat sentosa serta kebal terhadap serangan senjata tajam. Jadi bukan tidak mungkin, di samping memiliki ajian-ajian yang lain, ajian ini juga merupakan salah satu andalan sang Mahapatih dari kerajaan Majapahit. Kita dapat membayangkan, dengan segala keberanian serta ketegarannya, Mahapatih Gajah Mada di dampingi Empu Nala yang merupakan Panglima Angkatan Laut beserta dengan ribuan prajurit lainnya mengarungi lautan dan menjelajahi daratan untuk menaklukkan negeri-negeri tetangganya. Bahkan sampai ke Madagaskar. Pada saat inilah keampuhan Aji Gineng berhasil dibuktikan oleh Mahapatih Gajah Mada. Ia berhasil mempersatukan nusantara di bawah panji-panji Gula Kelapa yang merupakan kebesaran dari Wilwatikta.
Jika diperhatikan dengan saksama, maka khasiat dari ajian ini setara dengan aji Pancasona. Betapa tidak, selagi tubuh yang menguasai ilmu ini masih tersentuh oleh empat unsur, yakni api, air, udara dan tanah, maka ia takkan dapat pralaya. Walau tujuannya baik, tetapi entah kenapa, tak banyak orang yang berminat untuk mengkaji ataupun mendalami Aji Gineng. Mungkin hal ini disebabkan, si penghayat dilarang keras melanggar tatanan keluarga, masyarakat, negara dan agama yang dianutnya --- di samping sepanjang hidupnya ia tak boleh berbohong walau sekalipun. Jika dilanggar, maka si penghayat harus memulai ritual (puasa) lagi agar kadar ilmu tersebut tidak berkurang.
Entah sejak kapan, yang jelas, seiring dengan perubahan zaman maka mantera dari Aji Gineng yang semula berbahasa Jawa Kuna bergeser ke Jawa Tengahan dan mulai dimasuki oleh unsur Islam (kalangan sepuh menyatakan sebagai gaya Sunan Kalijaga). Walau keampuhannya tak berkurang sama sekali.
Adapun ritual untuk menguasai ajian ini adalah:
* Mandi keramas dengan bunga tujuh macam di mana airnya diambil dari tujuh sumur.
* Puasa mutih tujuh hari tujuh malam, dan dilanjutkan dengan ngebleng tiga hari tiga malam.
* Pada waktu menjalankan puasa, tiap pukul 00.00 mantera dibaca sebanyak empat puluh satu kali.
* Pada pelaksanaannya, mantera cukup dibaca sekali pada pukul 06.00 dan pukul 18.00.

Adapun mantera yang harus dihafalkan adalah:
Heh, ya aku teguh sing makrifat,
rineksa dening Allah,
kinemulan para Nabi,
pinayungan para Wali,
tan ana braja kang tumama,
Ya Chu Hak, Ya Chu Hak, Ya Chu Hak.


Demikian sekelumit tentang ilmu kadigdayaan, yang merupakan warisan para leluhur bangsa, semoga bermanfaat bagi para pembaca serta dapat menambah wawasan kita semua.

12 komentar:

Herjuno Sutarto mengatakan...

aji gineng itu bukanya ilmu yang bisa dipakaiuntntuk mendengarkan percakapan, binatang, jin dll mas?

Anonim mengatakan...

kepada bapak/ibu yang mempunyai masalah ekonomi atau yang mau meningkatkan taraf hdp klg,kami disini mempunyai solusinya, solusi penyelesaian masalah ekonomi dari ust.yusuf mansyur,tdk berbau ghaib dan tidak menyimpang dari ajaran agama,bebas buat semua agama, tdk dalam bentuk doa atau sejenisnya,kami menawarkan ini krn kami sdh membuktikannya, dl kami terlilit hutang sampai ratusan juta, tp berkat solusi dari ust.yusuf mansyur saat ini kami sdh terlepas dari masalah, seluruh htg2 saya sdh lunas, bahkan saat ini kami sdg menunggu penyelesaian pembangunan rumah idaman saya n klg, yg selama ini bermimpi juga tdk, kl bapak/ibu membutuhkan solusi ini silahkan sms nama dan alamat lengkap bapak/ibu ke nmr : 087878653102, kami yakin inilah solusi yg slm ini bapak/ibu butuhkan,terima kasih.

Anonim mengatakan...

kepada bapak/ibu yang mempunyai masalah ekonomi atau yang mau meningkatkan taraf hdp klg,kami disini mempunyai solusinya, solusi penyelesaian masalah ekonomi dari ust.yusuf mansyur,tdk berbau ghaib dan tidak menyimpang dari ajaran agama,bebas buat semua agama, tdk dalam bentuk doa atau sejenisnya,kami menawarkan ini krn kami sdh membuktikannya, dl kami terlilit hutang sampai ratusan juta, tp berkat solusi dari ust.yusuf mansyur saat ini kami sdh terlepas dari masalah, seluruh htg2 saya sdh lunas, bahkan saat ini kami sdg menunggu penyelesaian pembangunan rumah idaman saya n klg, yg selama ini bermimpi juga tdk, kl bapak/ibu membutuhkan solusi ini silahkan sms nama dan alamat lengkap bapak/ibu ke nmr : 087878653102, kami yakin inilah solusi yg slm ini bapak/ibu butuhkan,terima kasih.

Anonim mengatakan...

kayanya zaman patih gajah mada belum ada islam di indonesia... klo mantra yang digunakan gajah mada harusnya mantra hindu... tidak mungkin ada kata-kata

rineksa dening Allah,
kinemulan para Nabi,
pinayungan para Wali,

...
mohon pos mantra yang asli sebenarnya tanpa tambahan... karena mantra satu bunyi saja mengubah isinya apalagi tambah beberapa kata seperti itu... terima kasih

Anonim mengatakan...

Mantra di atas bukan mantra sebenarnya,sudah ada gesekan antara kata dan penyebutan,dh jaman era majapahit mana ada istlah allah,nabi ataupun wali,yang ada hanya (para dewa)
setahu saya konon dulu para ulama dasyat yang d sebut(wali songo) mengadakan rapat d masjid agung demak jateng,semua wali perpendapat untk menghapus mantra yang ada kaitanya unsur kata jawa kuno(bhs india sansekerta),di antara para wali semua setuju di ganti dng mengunakan bahasa arab,hanya satu wali yang tidak sependatan yaitu(romo yai kanjeng sunan kali jaga).sn kali j ber anggapan itu akan menggeser kata jawa kuno yg sudah melekat di batin sn kali j,dan diri org jawa pada masa itu,sn kali j satu satunya wali sang keturuna asli darah jawa(majapahit)yang lainnya dari keturunan bangsa arab(sn kudus,sn bonang,gresik,giri,gng jati, dan ll)delapan wali perpendapat sama utk mengganti bhs jawa kuno menjati bhs arab kesluruhan,sn kali j menolak bahwa sanya itu akan memper sulit untk membwa org jwa mengucap kta"baru yg tdk d mengerti(org jwa).

"Mantra shuci"

Unknown mengatakan...

Saya sangat berterimah kasih banyak kepada PAK MANDALA atas bantuannya saya bisa menang togel, saya benar2 tidak percaya dan hampir pingsan karna angka yang di berikan beliau ternyata tembus. awalnya saya cuma coba2 menelpon, saya bilang saya terlantar di daerah Malaysia. kerja sebagai TKI dan tidak ada ongkos pulang, mulanya saya ragu tapi dengan penuh harapan saya pasangin kali 100 lembar dan ALHAMDULILLAH berhasil. sekali lagi makasih banyak ya PAK… dan saya tidak akan pernah lupa bantuan dan kebaikan PAK MANDALA. kepada saudara yang ingin merubah nasibnya seperti saya silahkan Hub 0823"4898"5714 PAK MANDALA. Demikian kisah nyata dari saya dan ini tanpa rekayasa. INGAT. kesempatan tidak akan pernah datang Yang ke.(2).kalinya…!





















master gendam mengatakan...

informasi yang bagus..

mudahan bisa memberikan banyak manfaat...
ijin menyimak ya..., sip maju terus...
master ilmu gendam

Anonim mengatakan...

Belum jelas, mantranya, hrus jelas kayak aslinya, berbau hindu

Koko'Melody mengatakan...

Gaja mada bukannya muslim? Setau gw islam masuk ketanah jawa uda lama..

Lihen bagas mengatakan...

Entah sejak kapan, yang jelas, seiring dengan perubahan zaman maka mantera dari Aji Gineng yang semula berbahasa Jawa Kuna bergeser ke Jawa Tengahan dan mulai dimasuki oleh unsur Islam (kalangan sepuh menyatakan sebagai gaya Sunan Kalijaga). Walau keampuhannya tak berkurang sama sekali.

Lihen bagas mengatakan...

Artinya itu mantra sama saja dengan mantra yang dulu, tapi ini khas gaya sunan kalijaga yang konon beliau pemeluk agama islam, makanya dari itu mantra di ganti drngan kalimat tersebut, walaupun mantra di ganti, tapi keampuhannya tak berkurang sama sekali mas, terima kasih.

Unknown mengatakan...

Sunan Muria bukan keturunan orang arab, Kanjeng Sunan Muria anak nya Kanjeng sunan Kalijaga

Template Design | Elque 2007